TUGAS KULIAH
Resensi Buku Kepribadian dalam
Psikologi Islami
Karya Dr. Abdul Mujib M.Ag
Rajawali Press, 2005, Jakarta
Tebal 408 halaman
Rajawali Press, 2005, Jakarta
Tebal 408 halaman
Wacana mengenai kepribadian dalam
Islam banyak disinggung akhir-akhir ini. Hal itu banyak di inspirasi para
tokoh-tokoh Islam macam Al Ghazali, Jalaluddin Rumi, Ibnu Miskawih dan lainnya
yang fokus membedah permasalahan itu. Tetapi secara cakupan psikologi ilmiah,
pada dasarnya buku karangan Prof Malik Badri-lah yang seakan-akan menjadi
keladi dari ini semua. Akan tetapi, kita tidak akan membahas buku dilemma
psikolog muslim yang fenomenal itu.
Unsur positif dari lahirnya
karya-karya ini, seakan menandakan semakin tingginya minat ilmuwan untuk
mendalami psikologi Islam. Dalam sisi lain, ada pertanyaan yang bergulir apakah
karya-karya yang dikeluarkan telah memuaskan rasa lapar para peminat psikologi
terhadap psikologi Islam itu sendiri?
Salah satu buku yang yang merangkum
dua hal itu telah ditelurkan Dr Abdul Mujib M.Ag. Abdul Mujib kini sedang
disibukkan dengan aktivitasnya yang sehari-hari menjadi dosen di beberapa
perguruan tinggi, kemudian sebagai pembicara di berbagai forum yang
berorientasi pada psikologi Islam. Uniknya Dia ialah seorang yang otodidak
mempelajari Psikologi.
Buku yang berjudul Kepribadian dalam
Psikologi Islam ini diterbitkan oleh Rajawali Pers tahun 2006 yang lalu.
Terdiri dari 10 bab dan secara isi mempunyai ketebalan 408 halaman.
Di awali dengan merumuskan psikologi
Islam sebagai arus paradigma ilmiah, dilanjutkan dengan krtitiknya terhadap
tafsiran psikolog barat dalam memandang kepribadian manusia. Abdul Mujib lalu
mencoba mengurai benang kusut definisi kepribadian via tafsiran Islam yang
konkret. Penekanan itu diimplemantasikan terhadap wacana dasar-dasar pemahaman
kepribadian Islam, serta diakhiri dengan struktur kepribadian Islam, yang sarat
dengan orisinalitas keIslaman yang dicetuskan tokoh-tokoh sufi Islam.
Layaknya teori-teori Psikologi
Kepribadian yang sudah ada, Abdul Mujib juga menawarkan pengembanagan dari
struktur kepribadian. Konsekuensi logis dari hal itu, seakan bergerak menuju
“standar ilmiah” sebuah kerangka kepribadian. Akhirnya, dinamika kepribadian,
tipologi, tipe-tipe, gangguan kepribadian dalam psikologi Islam, serta
pengembangan Kepribadian Islam turut mewarnai buku bersampul putih ini.
Secara tegas buku ini bisa dibilang
belum keluar dari kerangka psikologi Islam yang murni, dalam artian belum
banyak gagasan yang orisinal dari beberapa buku psikologi Islam yang ada.
Perkataan ini di latarbelakangi karena banyak rangkuman tesis-tesis dari
beberapa tokoh-tokoh Islam klasik. Selain itu pula, buku ini lebih mencerminkan
pada psikologi berbasis akhlak. Memang jauh bila kita coba bandingkan dengan
psikoanalisis Sigmund Freud, yang timbul dari gagasan Freud sendiri dan varian
yang bebas nilai seperti self defense mechanism.[1]
Salah satu kiritik lagi kepada buku
ini ialah konsep yang terlalu sederhana. Ide yang dimunculkan akhirnya tidak
terlalu kompleks dan terkesan mekanistik. Lagi-lagi kita harus membandingkan
dari beberapa psikolog yang ada seperti Gordon W. Allport, yang teori sifatnya
saja sudah sangat kompleks. Namun, kita harus memberikan apresiasi kepada Mujib
karena dengan keilmuan psikologi yang otodidak saja dapat menulis buku ini.
Beberapa harapan sebenarnya di
letakkan pada buku ini, spesifikasinya adalah untuk menterjemahkan
fenomena-fenomena kontroversial (bagi literatur barat) yang berguling di
kalangan umat Islam. Sebagai sample ialah perilaku radikalisme beragama,
bom bunuh diri, maraknya jamaah zikir dan muhasabah, puasa selama bulan
ramadhan serta yang lain. Dalam perspektif barat dapat saja itu dicap
patologis, tetapi dalam Psikologi Kepribadian Islam dapat diyakini sebagai
perilaku yang seharusnya atau paling tidak bagian dari aktualisasi diri
individu yang meyakini agamanya.
Ada hal lain yang perlu diapresiasi
dari karya seorang lulusan S1 STAIN Malang ini, yaitu sikap proporsional. Mujib
tidak 100% persen menolak pandangan barat, penghargaannya kepada psikolog barat
juga diaktualisasikan fairly. Ini tertuang pada halaman 168 dimana Mujib
terbantu dengan tesis Abraham Maslow dan Viktor Frankl dari psikohumanistik
yang mengatakan keberartian kebutuhan mistik dan spiritual. Bahkan secara tidak
terduga Mujib sedikit banyak memakai struktur jiwanya Freud untuk meletakkan
beberapa sub kepribadian Islam. Sub-sub itu ialah daya nafsani, nature, daya
eksternal faktor pendorong, jenis rasionalitas, nilai asli, status, tahapan
pendidikan dan bentuk tertinggi.[2]
Bagi peminat psikologi, buku ini
patut dibaca karena banyak wawasan yang dapat diambil. Terutama bagaimana kita
membaca tawaran Islam menerjemahkan kepribadian Arus inilah yang menjadi
tandingan bagi beberapa perspektif yang selama ini banyak dipakai. Nafas kajian
macam inilah yang dibutuhkan bagi kita yang berorientasi kepada intelektualitas
dan pengembangan ilmu.
Sebagai bukupun, dirasa penting bagi
keilmuan selain psikologi/berakar psikologi, misalkan bimbingan dan konseling.
Dengan mengambil wacana dari karya ini, konselor bisa menawarkan dan
mengarahkan klien untuk menuju kepribadian secara Islami. Selain itu pula buku
ini dapat digunakan bagi konselor secara praktis. Karena selama ini jarang buku
dari anak negeri yang mengurai dengan detail tentang Islam dan Kepribadian.
Coba kita sandingkan dengan buku
mengenai Islam dan Kepribadian yang sebelumnya telah lahir, yakni buku yang di
editorkan oleh Fuat Nashori dengan judul “Membangun Paradigma Psikologi
Islam”. Buku ini berisi mengenai artikel-artikel yang banyak mengkritik
kacamata barat. Seperti tulisan Sofia Retnowati tentang kritik Psikologi
modern.[3]
Abdul Mujib telah memberi telaga di padang pasir bagi pencari air Psikologi
Kepribadian Islam.
Rasanya kita teringat lontaran Fuat
Nashori di prolog buku yang dieditnya itu. Fuat mengatakan “semangat yang
melatari buku ini adalah keinginan untuk menghadirkan pemikiran alternatif yang
lebih mampu memahami manusia dan memandang manusia secara wajar dan
proporsional. Di samping itu ada juga keprihatinan terhadap psikologi modern
yang semakin hari tampak semakin kurang memuaskan”[4]
Persepsi ini pula yang dapat kita
temui bila membaca lembaran demi lembaran buku yang mengambil kepustakaan dari
136 buku ini.
Selanjutnya, buku ini tetap perlu
dikaji dengan cerdas dalam diskusi-diskusi di kalangan mahasiswa, praktisi,
ilmuwan, dosen, serta pihak yang berminat. Karena sejatinya karya ilmiah lahir
tidak hanya sebagai aktualisasi diri sang penulis, tetapi lebih dari itu
sebagai nilai untuk perdebatan.
Secara tulisan, buku ini juga enak
dibaca, bahasanya sederhana dan footnotepun terletak dengan strategis. Kemudian
buku ini terfokus pada bidang garapan kepribadian. Sekadar perbandingan dengan
buku Islam dan Psikologi, yang diterbitkan UIN Jakarta Press, yang juga
mendalami Psikologi Kepribadian dalam Islam[5].
Ibarat sayuran, tampak buku Abdul
Mujib ini lebih terasa garamnya, karena ditampilkan dengan lebih holistik
Dengan lahirnya buku ini, tampaknya
para psikolog muslim optimis akan lahirnya penguraian kepribadian dalam konteks
keagamaan. Karena telah banyak bukti yang tercetak. Maka, Abdul Mujib akan
berperan besar mengejar hipotesa itu.
Sekarang kalangan Islam ditantang untuk mewujudkan Islamic
Science, tetapi jauh daripada itu, sebelum sampai kearah sana. Intelektual
muslim harus berkutat dengan membentuk learning society, reading society,
discussing society, etc. Maka, Abdul Mujib berada pada jalur yang benar.
Dengan Psikologinya jebolan S3 UIN Jakarta ini telah membantu untuk mewujudkan
impian tersebut. [1]
Calvin S. Hall and Gardner Lindzey, Teori-teori
Psikodinamik (Klinis). Terj. Yustinus, judul asli Theories of
Personality (Yogyakarta: Kanisius, 1993) hal. 86-90[2]
Untuk
lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.4 hal 170[3]
Fuat
Nashori (editor), Membangun Paradigma Psikologi Islami, (Yogyakarta:
Sipress, 1994) hal. 45-50[4]
Ibid.,
hal. xxiii[5]
Nety
Hartati, Zahratun Nihayah, Abdurrahman Saleh dan Asep, Islam dan Psikologi,
(Jakarta: UIN Jakarta Press, 2003) hal. 125-178
0 komentar:
Posting Komentar