1.Inovasi Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka
Berdasarkan hasil penelitian, penulis mengemukakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam inovasi manajemen kegiatan ekstrakurikuler pramuka sebagai nilai pragmatis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Pertama, program kegiatan hendaknya disusun melalui rapat dewan guru bersama kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum dan kesiswaan. Program yang direncanakan secara mendetil, dijabarkan dalam program kegiatan semester, kegiatan bulanan dan kegiatan mingguan, berikut tanggal pelaksanaan dan target pencapaiannya.
Kedua, pelaksanaan latihan pramuka mengacu kepada progam yang telah disusun sesuai dengan periode tertentu. Latihan minimal dilaksanakan sekali seminggu ditambah dengan waktu lain sesuai dengan kesepakatan anggota, khusus untuk persiapan melaksanakan kegiatan atau perlombaan latihan lebih diintensifkan lagi.
Ketiga, pembina pramuka dipilih dari tenaga pendidik atau tenaga kependidikan yang benar-benar memiliki kecakapan khusus tentang kepramukaan serta memiliki loyalitas yang tinggi terhadap keberlangsungan kegiatan melalui rapat setiap awal tahun pelajaran.
Keempat, untuk mengembangkan ide kreatif dan inovatif dalam mengelola organisasi pramuka, hendaknya pembina pramuka diberikan kewenangan dan tanggung jawab sepenuhnya. Kelima, memiliki kelengkapan administrasi gerakan pramuka seperti buku induk, buku tamu, buku inventaris, buku risalah rapat/pertemuan, buku keuangan dan iuran, buku ekspedisi, buku kegiatan/latihan, buku harian, log book, agenda surat dan buku sejarah dan perkembangan kegiatan.
Keenam, pembina diwajibkan membuat laporan secara berkala setiap satu semester yang ditujukan kepada kamabigus.
Ketujuh, pihak sekolah komitmen terhadap penyediaan sarana dan prasarana termasuk pembiayaan untuk kegiatan ekstrakurikuler pramuka yang terus meningkat setiap tahunnya.
Kedelapan, dalam hal pengelolaan anggota, pembina diharapkan membentuk lebih dari satu regu inti untuk putra dan putri. Hal ini dimaksudkan agar memperbesar peluang anggota untuk dapat terpilih dalam regu inti, dengan demikian motivasi dan semangat berkompetisi antar anggota semakin meningkat.
2. Inovasi Kegiatan Ekstrakurikuler Kesenian
Berdasarkan hasil penelitian, penulis mengemukakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam inovasi manajemen kegiatan ekstrakurikuler kesenian sebagai nilai pragmatis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Pertama, pembina ditunjuk melalui rapat dari tenaga pendidik atau tenaga kependidikan yang benar-benar memiliki kecakapan dalam bidang kesenian, tidak mesti mengacu kepada guru yang membidangi mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan.
Kedua, pembina yang ditunjuk hendaknya mengajukan draf program kerja yang dibahas bersama kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum dan kesiswaan, dewan guru, serta perwakilan dari pengurus OSIS. Keterlibatan pengurus OSIS dimaksudkan agar dapat menyesuaikan bakat dan minat siswa terhadap jenis kesenian yang ditawarkan.
Ketiga, dalam pelaksanaan latihan diharapkan dapat melibatkan peserta senior untuk dapat membantu melatih peserta yang baru bergabung, kecuali untuk teori dan praktik dasar langsung ditangani oleh pembina.
Keempat, pembina agar diberikan kewenangan sepenuhnya terhadap pengelolaan kegiatan ekstrakurikuler kesenian, termasuk kebijakan atas even yang akan diikuti serta kegiatan kesenian yang akan digelar melalui koordinasi dengan kepala sekolah.
Kelima, administrasi kegiatan harus lengkap, yaitu buku induk, buku inventaris barang, buku rapat, buku keuangan dan buku kegiatan latihan.
Keenam, disamping membuat laporan pada akhir tahun pelajaran guna melaporkan kegiatan dan keuangan, hendaknya pembina membuat laporan kegiatan program yang telah dilaksanakan.
Ketujuh, berhubung kegiatan ekstrakurikuler kesenian sebagian besar adalah praktik yang membutuhkan peralatan yang memadai, agar sekolah menyediakan peralatan tersebut.
3. Inovasi Kegiatan Ekstrakurikuler Olahraga
Berdasarkan hasil penelitian, penulis mengemukakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam inovasi manajemen kegiatan ekstrakurikuler olahraga sebagai nilai pragmatis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Pertama, dalam menyusun program kerja serta jadwal kegiatan dikoordinasikan dengan bidang kurikulum dan kesiswaan, agar dalam pelaksanaan kegiatan tidak tumpang tindih dengan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler yang ada serta kegiatan pelajaran tambahan. Dengan demikian siswa dapat mengikuti beberapa kegiatan ekstrakurikuler, termasuk olahraga.
Kedua, jenis olahraga yang diajarkan hendaknya disesuaikan dengan minat dan bakat siswa.
Ketiga, agar siswa benar-benar menguasai suatu cabang olahraga, peserta kegiatan ekstrakurikuler olahraga disarankan hanya fokus pada satu cabang olahraga.
Keempat, kegiatan yang dilaksanakan agar disesuaikan dengan program dan jadwal kegiatan yang telah disusun sebelumnya, sehingga waktu yang tersedia cukup efektif terkecuali ada persiapan khusus untuk mengikuti perlombaan.
Kelima, untuk mengembangkan ide kreatif pembina dalam upaya inovasi kegiatan olahraga, agar kepala sekolah memberikan kewenangan sepenuhnya kepada pembina dalam memanajemen kegiatan.
Keenam, agar kegiatan yang diikuti dan digelar semakin banyak, diharapkan pihak sekolah menyediakan dana yang cukup.
Ketujuh, penyediaan sarana dan prasarana sangat diperlukan dalam pengembangan minat dan bakat siswa dalam bidang olahraga.
4. Inovasi Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan
Berdasarkan hasil penelitian yang mendeskripsikan tentang inovasi kegiatan ekstrakurikuler keagamaan, maka dapat dimaknai bahwa dalam manajemen kegiatan ekstrakurikuler keagamaan sangat diperlukan suatu inovasi agar kegiatan tidak monoton dan stagnan.
Sama seperti kegiatan ekstrakurikuler yang telah dijelaskan sebelumnya, dalam pengembangan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan juga perlu adanya inovasi dari segi program kerja yang disusun, struktur organisasi, jadwal kegiatan, administrasi organisasi, sarana dan prasarana, serta pembiayaan. Terkhusus untuk kegiatan ekstrakurikuler keagamaan penting diadakan inovasi kegiatan dari segi format pembelajaran, materi yang diajarkan, pemusatan tempat pelaksanaan, dan hubungan masyarakat.
Dari segi format pembelajaran hendaknya menggunakan metode yang bervariatif dan mengedepankan pembelajaran siswa aktif, jangan cuma menggunakan metode ceramah yang pada akhirnya akan membuat peserta bosan. Materi yang diajarkan juga hendaknya beragam, jangan cuma sekedar belajar baca tulis Al-Qur’an. Tempat kegiatan sebaiknya dipusatkan di musala sekolah sehingga terkesan lebih religius. Serta yang terpenting dalam kegiatan ekstrakurikuler adalah inovasi dalam menjalin hubungan masyarakat, terutama kepada tokoh agama setempat dan instansi keagamaan yang ada.
Dari deskripsi hasil penelitian di atas, maka dapat dilihat betapa penting penerapan inovasi manajemen dalam kegiatan ekstrakurikuler keagamaan di sekolah. Langkah-langkah yang dapat dilakukan sebagai kerangka berfikir dalam penerapannya adalah:
Pertama, program kerja disusun dengan terperinci mulai dari program tahunan sampai pada program mingguan berupa jadwal kegiatan;
Kedua, dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan hendaknya menggunakan format pembelajaran yang bervariatif dengan mengedepankan keaktifan siswa, jangan cuma menggunakan metode ceramah;
Ketiga, kegiatan yang dilakukan diantaranya praktik bersuci, praktik shalat, latihan ceramah agama, jangan hanya sebatas kegiatan mengaji dan tadarus Al-Qur’an. Serta yang terpenting adalah menanamkan akhlak yang terpuji kepada peserta didik.
Keempat, hendaknya kegiatan ekstrakurikuler keagamaan dipusatkan di musala sekolah. Oleh karena itu sekolah harus mempunyai musala.
Kelima, administrasi kegiatan harus lengkap serta membuat laporan secara berkala. Keenam, adanya dukungan sarana dan prasarana serta pendanaan.
Keenam, menjalin kerjasama dengan tokoh agama, lembaga keagamaan dan Kementerian Agama.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bulan BintangArikunto, Suharsimi. 1995. Manajemen Penelitian. Jakarta: RajaGrafindo Persada
Bogdan, Robert C.& Sari KnoppBiklen. 198. Qualitative for Educational An Introduction to Theory and Methods. Boston Allya and Bacon, Inc
Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi peneliti kualitatif. Bandung: Pustaka Setia
Farida, Mutia. 2010. Pembinaan Siswa dana Kegiatan Ekstrakurikuler (Studi Deskriptif Kualitatif di SMA Negeri Megang Sakti Kabupaten Musi Rawas. Bengkulu: Tesis Prodi Magister Administrasi/Manajemen Pendidikan PPs Universitas Bengkulu
Lexy. J Moleong. 1990, Nasution, S. 2004. Metode Research (Penelitian Ilmiah., Jakarta: PT Bumi Aksara
Pariyantini, Eka. 2010. Pengelolaan Ekstrakurikuler Kesenian (Studi Perbandingan antara Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 dengan Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Kepahiang). Bengkulu: Tesis Prodi Magister Administrasi/Manajemen Pendidikan PPs Universitas Bengkulu
Pengelola Blog. 2011. Landasan Teori Inovasi Pendidikan. http://inovasipendidikan.wordpress.com/2007/12/04/landasan-teori-inovasi-pendidikan/. (Diunduh tanggal 17 Juli 2011 jam 08:05 PM)
Ridwan. 2003. Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta
Sasongko, Rambat Nur; Dkk. 2011. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Penulisan Makalah, Referensi, dan Tesis). Bengkulu: Prodi MAMP PPs FKIP Universitas Bengkulu
Sudjana. 1982. Metode Statistika. Bandung: Tarsito
Supranto, J. 2000. Statistik Teori dan Aplikasi. Jakarta: Erlangga
Tim Penyusun. 2006. Panduan Pelaksanaan Pengembangan Diri. Jakarta: BSNP
Wati, Menda. 2010. Faktor Internal sebagai Pendukung Siswa Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler di Sekolah (Studi Pada SMA Negeri 9 Bandar Lampung). Bandar Lampung: Laporan Penelitian
Widiasari, Desi. 2010. Pengelolaan Kegiatan Ekstrakurikuler di Sekolah (Studi kasus di SMA Kristen Petra Malang). Malang: Laporan Observasi Jurusan Administrasi Pendidikan FKIP Universitas Negeri Malang.
0 komentar:
Posting Komentar