Desa
Tremas yang terletak 11 kilometer dari kota Pacitan, Jawa Timur, memang
jauh dari pusat keramaian kota. Desa yang dipagari bukit-bukit kecil
melingkar dan dialiri Sungai Grindulu ini ternyata telah melahirkan
banyak tokoh agama, ilmuwan dan politikus ternama meski desa ini dikenal
sebagai daerah minus. Daerah yang acapkali terkena limpahan Lumpur
banjir saat musim penghujan datang ini, siapa sangka bisa melahirkan
sosok negarawan berhati lembut, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Di
desa ini pula ayah orang nomor satu di Indonesia ini mengajar. Dan
lahir, tokoh-tokoh terkemuka lainnya seperti Prof DR Mukti Ali, mantan
Menteri Agama RI, dan Kiai Sahal, pendiri Pesantren Gontor.
Berbeda dengan pondok pesantren yang pada umumnya menggunakan
istilah bahasa arab, sejak berdiri 1825 Pondok Tremas tetap mengambil
nama desa. Trem berarti patrem atau senjata semacam keris kecil, Mas
berarti emas atau logam berharga yang biasa dipakai sebagai perhiasan
wanita. Jadi, Tremas sebenarnya memiliki arti Patrem Emas yang merupakan
senjata Ketok Jenggot seorang punggawa Keraton Surakarta yang
ditugaskan membuka hutan di sebelah timur Surakarta.
Pondok pesantren sebagai sarana kehidupan agama dan lembaga
pendidikan, sangat erat kaitannya dengan sektor-sektor pembangunan lain.
Itu sebabnya, keberadaan Pondok Tremas sebagai lembaga sosial keagamaan
mempunyai hubungan baik dan memiliki pengaruh besar bagi masyarakat.
Terutama, pembangunan melalui masyarakat merupakan cita-cita besar
Pondok Tremas yang harus diwujudkan dalam kegiatan para santri
sehari-harinya.
Pimpinan Pondok Tremas KH Fu'ad Habib berharap lulusan Pondok
Tremas bisa menjadi manusia yang benar-benar Islami. Dalam artian, bisa
menjalankan praktek keislaman yang benar, bukan sekadar simbol. Memahami
makna Islam yang begitu luas ini, lelaki muda yang biasa disapa Gus
Fu'ad tidak menampik anggapan banyaknya orang yang mengatakan diri
Islam, membawa nama Islam tapi prilakunya justru bertolak belakang
dengan Islam.
Dilihat dari silsilah kepemimpinan Pondok Tremas, Gus Fu'ad
merupakan pemimpin periode keenam setelah masa kepemimpinan KH Habib
Dimyathi. Meski merupakan generasi penerus ajaran salafiah, alumnus
santriwan-santriwati ada pula yang melenceng mengikuti organisasi Islam
seperti Muhammadiyah.
"Sebenarnya bukan melenceng ya, Muhammadiyah kan hanya sebuah
organisasi, itu sah-sah saja. Justru, pemimpin PP Muhammadiyah sebelum
Amin Rais adalah alumni dari kita yaitu Basar Batsir," cetus Gus Fu'ad
yang seringkali menemui Presiden SBY di istana untuk berbagi keperluan.
Kedekatan Gus Fu'ad dengan Presiden SBY pun ditengarai dengan
kedekatan keluarganya dengan seorang guru pesantren bernama Imam Hadro'I
yang tak lain ayah dari SBY. "Dulu Pak Imam Hadro'I sangat dekat
dengan guru-guru yang ada di sini, juga tokoh-tokoh masyarakat lainnya.
Karena dulu sekitar tahun 1940-1945, mencari guru agama susah, Pak Imam
ditarik untuk menjadi tenaga pengajar di sini dengan mata pelajaran
Sejarah Indonesia," papar Gus Fu'ad menceritakan rasa kedekatan dengan
Bapak Presiden RI.
Dari dulu hingga sekarang tak ada yang berubah dari Pondok Tremas
dalam mengambil hati masyarakat. Sampai saat ini Pondok Tremas tidak
membangun benteng tinggi dan pagar beton yang membatasi aktifitas para
santri dengan masyarakat. Tak ada benteng tinggi, tak ada pagar beton,
yang ada hanyalah rasa memiliki masyarakat sekitar terhadap pesantren
yang telah membawa harum nama Desa Tremas.
"Dari sejak awal berdirinya, pembangunan pendidikan di sini memang
murni hasil swadaya masyarakat. Kita tidak akan pernah lupakan itu,"
tandas Gus Fu'ad yang selalu membuka pintu lebar-lebar masyarakat
sekitar bagi pembangunan pendidikan di sekitar pondok. Dalam sehari,
ada sekitar 50 - 60 orang penduduk desa yang datang membantu.
Bahkan, renovasi masjid yang saat ini telah berdiri di area pondok
merupakan kreasi seni masyarakat, santri dan alumnus pondok. Di depan
masjid, berdiri kokoh menara berwarna hijau yang melambangkan kesejukan
dan kedamaian. Sementara itu ditiap-tiap pintu masuk masjid terpahat
ukiran hiasan kaligrafi bentuk tsuluts dari warna emas berlatar belakang
warna cokelat kayu. Begitu pula dengan ruang mimbar dan hiasan di
tepi-tepi dinding masjid berhias tulisan kaligrafi nan indah dan sarat
makna.
Menurut Gus Fu'ad, keberadaan masjid Pondok Tremas cukup unik.
Karena, tidak banyak masjid yang memiliki penetapan posisi antara
matahari dan ka'bah berada dalam selisih 0,0 derajat. "Mungkin itu
pengaturan Tuhan. Dan itu penetapan arah kiblat. Dalam Ilmu Falak, itu
kan dipakai orang untuk menunjukkan waktu shalat," tukas Gus Fu'ad
seraya menceritakan kalau masjid sebelumnya memiliki karikatur matahari
dan ka'bah. Dan ketika masjid akan diperbaharui, pihak Departemen Agama
tidak mau diam begitu saja, ingin melihat kebenaran apakah arah kiblat
tidak berubah. Ternyata, meski direnovasi sedemikian rupa, arah kiblat
tidak bergeser sama sekali.
Faktor-faktor pengaruh Pondok Tremas lainnya terhadap pendidikan
agama kepada masyarakat sekitar menurut KH Akhid Turmudi, Ro'is Syu'un
Ma'hadiyah (Kepala Umum Bidang Kepesantrenan) adalah kegiatan
ekstrakurikuler yang dikembangkan seperti olah raga, pramuka, usaha
kesehatan masyarakat dan santri (UKMS) dan kesenian. Bahkan, bertepatan
dengan peresmian renovasi masjid Pondok Tremas pada 12 April 2006, bakal
diluncurkan pula Warung Internet (Warnet) utnuk para santri. Warnet
yang menyediakan 16 unit komputer hasil kerja sama Infokom Pemerintah
Daerah Kabupaten Pacitan dengan Aqual.com Jakarta bakal mengarahkan
lulusan santri pondok menjadi manusia Islami berwawasan teknologi global
seperti yang dicita-citakan seluruh pengurus pondok.
Pondok yang menyediakan pendidikan dari Taman Kanak-kanak (TK)
hingga SMA/Madrasah Aliyah memang tidak hanya dihuni masyarakat Desa
Tremas, tapi juga dari provinsi-provinsi lain di Pulau Jawa dan Sumatera
bahkan merambah ke negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
Namun berkat kerendahhatian pengurusnya, pondok pesantren yang tiap
tahun nyaris dibanjiri sekitar lima ribu calon santri baru, tetaplah
pondok yang membumi dengan masyarakat sekitar. RW |
0 komentar:
Posting Komentar