Pujianto menunjukkan ukuran ulat yang telah berusia 7 sampai 12 hari yang siap untuk dipanen |
Tujuannya agar suhu dan cahaya bisa terjaga. "Pernah saya taruh ulat ini diluar tapi kemudian banyak ulat yang mati," ujarnya. Menurutnya dengan menaruh ulat dalam rumah, ia justru semakin rajin menengok perkembangan ulat-ulat kandang peliharannya. Pujianto menempatkan rak induk ulat di ruang tengah, sedangkan bayi ulat ditempatkan di rak-rak di dapur. Berdasarkan pengalaman Pujianto, butuh waktu sekitar 12 hari agar ribuan induk ulat bisa bertelur.
Telur yang menetas kemudian dipilah dengan ayak lalu dipindahkan ke kotak khusus yang menjadi media pertumbuhan bayi ulat. Setelah bayi ulat berumur 7 sampai 12 hari, maka bayi ulat itu siap untuk dipanen. Pujianto menambahkan ulat-ulat yang siap jual tersebut, kemudian diambil pengepul ulat dengan harga antara Rp 20.000 hingga Rp 25.000 per kilogramnya. "Dalam sebulan bibit ini mampu tiga kali panen. Rata-rata sekali panen menghasilkan hingga lima sampai dua puluh kilogram ulat sekali panen," kata bapak satu anak ini. Pujianto mengatakan ilmu memelihara ulat kandang ini didapat secara otodidak. Mulanya ia melihat bagaimana adiknya memelihara ulat di kandang.
"Kemudian saya mencoba sendiri sampai sepert ini," kata Pria yang juga membuka jasa perbaikan elektronik ini. Namun Pujianto mengaku ada dua faktor kendala usaha ternak ulat kandang ini. Pertama, mencari induk yang berkualitas. ini hanya bisa didapatkan di daerah Kediri dengan harga Rp 45.000 per kilogramnya. Kedua, media pakan yang bagus seperti polar gandum dan konsentrat ada di daerah Babat, Lamongan dengan harga kisaran Rp 120.000 per kantong.
0 komentar:
Posting Komentar